Membacakan buku cerita
sebelum tidur adalah kebiasaan yang sering dilakukan orangtua untuk anaknya.
Kegiatan membacakan buku ini berpengaruh postif pada perkembangan
kecerdasannya. Terjalin kedekatan yang baik antara anak dan orangtua, selain
itu anak juga mendapatkan banyak
informasi dan imajinasinya terasah.
Jim Trelease dalam
bukunya The Read–Aload Handbook menyebutkan
fakta-fakta menarik tentang manfaat membaca buku bagi perkembangan kecerdasan
anak. Pengalaman Jim selama lebih dari 30 tahun yang diungkapkan dalam buku ini
bukan omong kosong belaka, tetapi pengalaman pribadinya dan didukung penelitian
berbagai ahli.
Jim Trelease adalah
seorang ayah yang mempunyai dua orang anak dan bekerja. Jim membacakan buku
untuk kedua putranya setiap malam, tanpa tahu pasti apa manfaatnya. “Setiap
malam saya membacakan buku untuk putra dan putri saya, tidak tahu akan
bermanfaat kognitif maupun emosional dari hal itu. Saya tidak tahu kalau hal
ini akan memengaruhi kosakata mereka, rentang perhatian mereka ataupun minat
mereka pada buku. Saya membaca karena satu alasan: karena ayah saya membacakan
saya buku dan hal itu membuat saya merasa senang, perasaan yang tidak bisa saya
lupakan. Saya ingin anak-anak saya juga merasakan hal yang sama (hlm. 20)”
Apa yang dilakukan Jim
Trelease dulu, masih banyak dilakukan orangtua pada masa kini. Namun, orang tua
masa kini perlu bersyukur karena Jim telah membagikan pengalaman dan
penelitiannya dalam buku ini. Buku ini memang tidak ditulis oleh seorang
profesor tetapi bisa memberikan banyak sekali informasi untuk orangtua, calon
orangtua, dan guru.
Membacakan buku untuk
anak bisa dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan. Ini bukan mitos. Jim
mengutip pernyataan seorang ahli. Psikolog dari University of North Carolina,
Anthony DeCasper dan koleganya mengeksplorasi berbagai efek membacakan buku
kepada anak in utero (ketika masih di
dalam kandungan), mengira kalau jabang bayi mungkin mampu mengenali
sesuatu yang telah mereka dengar ketika
masih berada di dalam kandungan (hlm. 68). Hasil penelitian Anthony terbukti,
setelah ia meminta 33 wanita hamil membacakan satu paragraf tertentu dari satu
cerita anak-anak, anak in utero mampu
mengenali bacaan yang diucapkan oleh ibunya.
Fakta lain yang
ditunjukkan Jim dalam buku ini adalah bahwa membacakan buku pada anak
berkebutuhan khusus memberikan dampak yang positif. Jim memberikan contoh kasus
anak berkebutuhan khusus bernama Cushla. Sejak usia 4 bulan orangtuanya
membacakan buku cerita untuk Cushla. Sampai dia berusia 3 tahun, para dokter
mendiagnosis Cushla sebagai anak yang “terbelakang secara mental dan fisik” dan
merekomendasikan dia mendapatkan perlakuan khusus. Orangtuanya, setelah melihat
tanggapannya terhadap buku, menolak; sebagai gantinya, mereka membacakan empat
belas buku sehari. Di usia 5 tahun, Cushla, menurut para psikolog, sudah
memiliki intelektual yang jauh di atas rata-rata dan mampu bersosialisasi
dengan baik (hlm 70).
Masih banyak fakta lain
yang diungkapkan Jim Trelease tentang keajaiban membacakan buku untuk anak.
Selain dilakukan oleh orangtua, membacakan buku juga bisa dilakukan oleh
seorang guru untuk murid-murid di kelasnya. Jim Trelease menggarisbawahi bahwa
buku ini bukan tentang membesarkan anak
yang cepat dewasa. Buku ini tentang membesarkan anak-anak dengan rasa cinta
kepada bacaan, tentang anak-anak yang mau terus membaca jauh setelah mereka
lulus sekolah.
Buku ini mampu
mengubah konsep pendidikan di Amerika dan Eropa. Bagaimana dengan Indonesia?
Mari kita ciptakan agen-agen pembaca buku terbaik yang bisa menguasai dunia
karena kecerdasan otak yang cemerlang.
IDENTITAS BUKU
Judul : The Read–Aload Handbook, Membacakan Buku dengan Nyaring, Melejitkan Kecerdasan Anak | Penulis : Jim Trelease | Penerbit : Noura Books | Cetakan : Juli 2017 | Tebal : 359 halaman | ISBN : 978-902-385-276-5
No comments:
Post a Comment