Ira Diana, dikenal
sebagai salah satu penulis Indonesia. Ia menulis novel, cerpen, puisi, naskah
drama, serta beberapa buku anak untuk Gerakan Literasi Nasional dan PAUD.
Perempuan kelahiran Kota Curup, Provinsi Bengkulu ini sangat aktif di berbagai
kegiatan penulis dan seni. Ira yang saat ini bekerja di Lembaga Sensor Film RI,
harus pandai benar mengatur waktu dan perhatian untuk buah hatinya.
Ira sebagai ibu tunggal untuk
putra-putrinya Muhammad Agil Adithya Zalphi dan Naurah Zahirah Zalphi, harus
kerja ekstra membagi peran dan waktu sebagai ibu bekerja dan ibu untuk
putra-putrinya. Sebagai seorang yang bekerja di Lembaga Negara, waktu dari
Senin hingga Jumat, ia berutinitas seperti orang bekerja pada umumnya. Pergi
pagi dan pulang hingga sore hari, bahkan jika ada lemburan, otomatis ia sampai
di rumah malam hari. Menurutnya, terkadang ketika pulang, anak-anak sudah
tidur. Tentu, ini baginya menjadi PR, bagaimana menyiasati agar perhatian dan
mendidik anak-anak tetap dapat dilakukan.
“Peran, waktu serta
mendidik anak-anak bagi ibu bekerja perlu penyesuaian dengan ritme kerja dan rumah,”
kata Ira. Ibu bekerja tentu memiliki keterbatasan waktu untuk memperhatikan
buah hatinya full time, namun menurut
Ira, perhatian kepada buah hati bukan hanya mengenai kuantitas waktu namun pada
kualitas. Ira semaksimal mungkin mengomunikasikan perihal hal-hal yang dialami
buah hatinya pada hari itu. Kuncinya komunikasi. Bahkan, di jam Ira bekerja
terkadang membalas chat putranya
mengenai pelajaran di sekolah.
“Bukan membahas sontekan
atau jawaban yang putra saya tanyakan, tapi lebih ke diskusi. Saat itu, Agil
sedang tugas membuat blog, ia bertanya kira-kira bagusnya menulis tentang apa,
lalu, saya menyarankan menulis hal yang ia suka, seperti games dan anime,” kata
Ira.
![]() |
Ira Diana dan dua buah hatinya, Agil dan Nau. |
Berikut beberapa tip
yang Ira Diana terapkan untuk menyiasati perannya sebagai ibu dan perempuan
yang bekerja dalam hal pendidikan buah hati.
1. Komunikasi
Anak-anak
yang memiliki ibu yang bekerja, harus diberi penjelasan, bahwa tugas ibu saat
ini, tidak hanya mengurus anak-anak saja di rumah, namun ada hal-hal lain yang
perlu dilakukan di luar rumah. Gunakan bahasa sederhana sehingga anak-anak paham.
Buka pula ruang diskusi, bila anak bertanya lebih lanjut. Misal, apa yang
ibunya lakukan, sampai pukul berapa di luar rumah, atau kegiatan-kegiatan
seperti apa yang ibunya ikuti. Dengan demikian, anak-anak belajar empati,
mengerti dan ikut memikirkan hal apa yang ia akan lakukan bila sang ibu tidak
di rumah (Bila ada hal yang mereka sukar/sulit lakukan, akan mudah diketahui
dengan berkomunikasi di awal, seperti ini)
2. Memanfaatkan
waktu saat bersama
Memang
tidak ada sisa waktu, waktu senggang atau apa pun itu namanya. Namun, bila
sedikit saja ada waktu, baiknya itu dioptimalkan untuk menghabiskan waktu bersama.
Bisa dimanfaatkan untuk membahas pelajaran sekolah, mendengarkan hafalan
anak-anak, jalan-jalan, atau hanya sekadar menghabiskan waktu di rumah dengan
santai.
3. Mengoptimalkan
potensi anak
Pendidikan
menurut Ira bukan hanya yang didapat pada jalur formal seperti sekolah. Ira
mengetahui betul, kedua buah hatinya memiliki karakter yang berbeda. Yang
laki-laki lebih santai dan tidak terlalu berminat dengan pelajaran/ akademik
yang diajarkan sekolah. Putranya ini, lebih suka hal yang simpel, praktis dan out of the box, kalau istilahnya anak
yang anti mainstream. Sedangkan
putrinya lebih penurut, cukup baik dalam akademik, serta menyukai hal-hal yang
ibunya lakukan, seperti menulis, menggambar, dan membuat video-video singkat. Perlakuan
untuk keduanya, tentulah berbeda. Prinsipnya sebagai orang tua, harus
mengarahkan, mencoba menyelami dunia dan ketertarikan anak-anak. Untuk putrinya
sendiri, Ira tidak begitu kesulitan karena ketertarikan minat yang hampir sama.
Ira hanya mengakomodir peluang Nau (panggilan untuk putrinya) terkait bakatnya.
Ira menyiapkan bahan untuk Nau latihan menulis dan melukis. Hasil karyanya
dikumpulkan dan dipajang seberapa pun kualitasnya. Untuk putranya, Ira mencoba
memahami kesukaan tentang games, anime dan lainnya. Bahkan Ira pun jadi paham jenis-jenis,
rank, level dan segala istilah games
yang sedang putranya mainkan---sejak kecil kenal Point Blank, lalu saat ini Growtopia,
Mobile Legends dan PUBG. Bila kita menyimak apa yang dilakukan anak-anak,
kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruhnya bagi mereka. Selama masih
dalam batas normal, Ira cukup memberi ruang untuk putranya. Mungkin bagi
sebagian orang, hal ini adalah gila
bila seorang ibu membiarkan anak-anak bermain games, nonton anime dan
sebagainya.
“Saya
bukan ibu yang saklek, dunia berubah, zaman berkembang, pengetahuan juga, maka
sudah selayaknya kita menyesuaikannya. Berpikir positif, dari sana kita akan
melihat potensi, misanya saja ada e-sport
yang tahun ini sudah uji coba untuk Asian Games, nah, ini Agil tahu, bahkan
dunia menjadikan ini ladang kompetisi dan berpotensi menjadi sebuah peluang
bisnis” lanjut Ira.
4. Bantuan
Orang Lain
Karena
keterbatasan, selaku orang tua, tidak perlu gengsi
meminta bantuan orang lain, untuk kemajuan dan aktivitas anak-anak. Misalnya,
mengomunikasikan dengan kepala sekolah, guru untuk hal-hal yang mungkin selaku orang
tua, ada keterbatasan. “Saya pun berkomunikasi dengan psikolog di sekolah bila
perlu untuk memperhatikan psikis anak-anak ketika saat itu saya pikir mereka
sedang tertekan dan persiapan untuk ujian”
Apa
pun itu namanya, bila berkaitan dengan anak, ibu mana yang tidak serta merta
mencoba banyak cara agar semua berjalan dengan baik dan maksimal sebagaimana
mestinya.
Ira
berpesan, sejauh apa pun usaha orang tua untuk buah hatinya, bila ikhlas maka
insha Allah mendapatkan jalannya. Sebagai single
parent, Ira berkewajiban menjadi sosok ayah sekaligus ibu untuk anak-anak.
Ditambah lagi dengan label ibu bekerja, maka tugas ke depan tidaklah mudah. Kerja
sama dengan buah hati menjadikan segalanya diharapkan dapat teratasi. Anak-anak
adalah investasi masa depan, pendidikan dan akhlaknya harus dijaga dari
pengaruh negatif globalisasi.
Catatan penulis:
Saya tidak ingat kapan saya pertama kali mengenalnya. Yang pasti, dunia kepenulisan membuat saya mengenalnya dan kini dia menjadi salah satu sahabat penulis yang saya miliki. Saya merasa beruntung sekali bisa mengenalnya. Dalam pandangan saya, dia seorang pekerja keras namun tetap memberikan perhatian penuh pada kedua buah hatinya, Agil dan Nau. Salah satu novel karyanya, pernah saya review, Lisa San No Machigatta Koi, Cinta yang Salah.
![]() |
Ira Diana, Kadek Heny, dan Paskalina Askalin dalam sebuah pertemuan penulis Oktober 2018. |
No comments:
Post a Comment