Sehari sebelum 10 November, anak saya pulang sekolah dengan merengut. Saya bertanya, apa gerangan yang terjadi di sekolah.
Yang terjadi adalah gurunya memberi tugas padanya untuk mengarang tentang siapa pahlawan baginya. Di dalam benak pahlawan adalah mereka yang telah rela berkorban untuk negaranya. Karena belum lama, sekitar dua minggu lalu saya membacakan buku tentang pahlawan nasional.
Gurunya telah memberikan penjelasan padanya jika pahlawan bisa orang-orang yang ada di dekatmu, ayahmu atau ibumu, atau kakakmu. Anak usia kelas satu masih sulit menerima penjelasan yang beragam.
Kemudian saya mencoba menerangkan lebih lanjut. Jika saat ini, makna pahlawan itu bisa menjadi lebih luas.
"Pahlawan adalah mereka yang berjasa bagimu. Pahlawan juga bisa orang yang selalu membuat kamu bahagia. Mereka yang telah merawat kita sejak kecil, bisa menjadi pahlawan buatmu. Pak supir yang mengantar kamu ke sekolah juga bisa disebut pahlawanmu," kata saya.
Anak saya sepertinya mulai paham yang dimaksud oleh gurunya. Wajahnya mulai cerah penuh senyuman. Mungkin dibenaknya sudah muncul seseorang pahlawan baginya atau bisa jadi banyak orang.
"Bunda, aku sudah tahu pahlawanku."
"Siapa?"
"Bunda." Hati saya berbunga-bunga sudah dipilih menjadi pahlawan baginya.
Tapi kemudian anak saya berkata lagi.
"Ayah juga, Pak Supir, Nenek, Pakde, Bude, semuanya pahlawanku karena semuanya sayang padaku," katanya dengan penuh semangat. Saya hanya tersenyum menanggapinya.
SELAMAT HARI PAHLAWAN, PAHLAWANKU...
No comments:
Post a Comment