Setiap orang akan memotivasi dirinya untuk tidak pantang menyerah terhadap tantangan yang ada di depan dirinya. Dalam hal pekerjaan, tantangan harus siap dilalui dan ditaklukkan hingga meraih keberhasilan, kemudian bisa "naik kelas" ke jenjang berikutnya.
Dalam hal bisnis, menyerah juga harus menjadi musuh karena jika ingin berhasil harus mampu melalui tantangan dan rintangan yang dihadapi sehingga bisnis bisa terus meningkat dan meraih kesuksesan.
Namun, ada saatnya kita harus menyerah pada tantangan demi sesuatu yang lebih berharga. Karena jika kita terus memaksakan diri untuk mendobrak tantangan itu, ada yang sedih dan terluka pada akhirnya. Tantangan yang bisa membuat kita menyerah itu adalah anak, suami, ibu, ayah, keluarga kita sendiri.
Saya penulis dan mendapatkan uang dari menulis. Saya mengerjakan pekerjaan saya di rumah. Bulan ini saya mendapat tantangan menulis sebuah buku dari seorang teman. Waktu yang diberikan cukup mepet, dan itu membuat saya kesulitan mengatur waktu. Pada akhirnya, saya memilih MENYERAH. Kenapa?
Saya sedih ketika harus menolak ajakan bermain, saya harus memintanya bermain dengan neneknya. Dia masih tiga tahun usianya, tak paham ibunya ingin menulis dan ada kemungkinan penghasilan tambahan jika berhasil menuntaskan tulisannya. Ketika melihat ibunya sibuk melaptop, tatapan matanya seakan menghujam batin saya.
Saya sudah berusaha, dan akhirnya saya MENYERAH. Ada sebuah kelegaan di hati saya ketika melihat anak saya sumringah melihat ibunya duduk manis menungguinya bermain. Aku menyerah, tetapi merasa menang.
No comments:
Post a Comment