Belajar menulis pentigraf.
Kopi untuk Ayah
Aku dan ibu sedang duduk di teras. Angin semilir masih terasa walau matahari begitu terik. Pikiranku melayang entah kemana, aku tidak tahu sedang memikirkan apa. Hatiku gelisah.
Di sampingku, mata ibu berkaca-kaca. Aku tahu, meski berusaha tegar, hati ibu resah dan getir. Aku tak perlu bertanya apa yang ibu rasakan karena pedihnya juga merasuk di jiwaku. Tiba-tiba matahari meredup, langit perlahan menghitam. Aku dan ibu beranjak dari teras menuju tempat jemur pakaian.
Tak berapa lama hujan pun turun. Aku bergegas memasak air, kuambil toples kopi dan gula. Kuseduh kopi kesukaan ayah. "Kopi buat siapa, Na," tanya ibu. Aku terdiam. Air mataku meleleh tak tertahankan. Ibu menangis dan memelukku. Di meja masih ada dua lilin mengapit foto ayah.
#mungkinpentigraf
#belajarmenulis
#paskalinaaskalin
No comments:
Post a Comment