Bicara tentang tiang listrik, terutama di Indonesia, memang sangat mengkhawatirkan. Tiang listrik yang usianya renta harus menopang listrik rakyat yang terus meninggi harganya. Sementara tiang listrik tak pernah diganti. Kalaupun diganti harus menunggu roboh atau ditubruk mobil menyasar seperti yang sedang viral #savetianglistrik.
Di depan rumah saya ada tiang listrik tua, sudah sepuh sekali, ditandai dengan selubung karat. Masih tampak kokoh tiang listrik itu. Namun, saya merasa kasihan padanya. Tiang listrik itu harus kuat menopang bentangan kabel tak keruan yang ke sana ke mari. Kesengsaraannya bertambah ketika banyak tempelan stiker iklan sedot wc menyelubunginya. Paling tidak, sebulan sekali petugas memanjatnya untuk menambah jaringan kabel. Sungguh kasihan.
Mungkin jika tiang listrik itu boleh berucap, dia akan meminta pensiun pada tuannya yang telah memberikan tugas berat padanya.
"Aku memang bisa hidup 1000 tahun. Aku bisa menopang kabel-kabel itu hingga 7 generasi. Tetapi aku lelah, aku ingin pensiun," seru tiang listrik.
Akhirnya saya sepakat dengan hastag #savetianglistrik
Sehari sebelum 10 November, anak saya pulang sekolah dengan merengut. Saya bertanya, apa gerangan yang terjadi di sekolah.
Yang terjadi adalah gurunya memberi tugas padanya untuk mengarang tentang siapa pahlawan baginya. Di dalam benak pahlawan adalah mereka yang telah rela berkorban untuk negaranya. Karena belum lama, sekitar dua minggu lalu saya membacakan buku tentang pahlawan nasional.
Gurunya telah memberikan penjelasan padanya jika pahlawan bisa orang-orang yang ada di dekatmu, ayahmu atau ibumu, atau kakakmu. Anak usia kelas satu masih sulit menerima penjelasan yang beragam.
Kemudian saya mencoba menerangkan lebih lanjut. Jika saat ini, makna pahlawan itu bisa menjadi lebih luas.
"Pahlawan adalah mereka yang berjasa bagimu. Pahlawan juga bisa orang yang selalu membuat kamu bahagia. Mereka yang telah merawat kita sejak kecil, bisa menjadi pahlawan buatmu. Pak supir yang mengantar kamu ke sekolah juga bisa disebut pahlawanmu," kata saya.
Anak saya sepertinya mulai paham yang dimaksud oleh gurunya. Wajahnya mulai cerah penuh senyuman. Mungkin dibenaknya sudah muncul seseorang pahlawan baginya atau bisa jadi banyak orang.
"Bunda, aku sudah tahu pahlawanku."
"Siapa?"
"Bunda." Hati saya berbunga-bunga sudah dipilih menjadi pahlawan baginya.
Tapi kemudian anak saya berkata lagi.
"Ayah juga, Pak Supir, Nenek, Pakde, Bude, semuanya pahlawanku karena semuanya sayang padaku," katanya dengan penuh semangat. Saya hanya tersenyum menanggapinya.
Jangan marahi dia, jika memilih gawai daripada Anda
Jangan salahkan teknologi, karena dia ciptaanmu sendiri
Gawai gawai oh gawai..
Foto: www.kveller.com
Di zaman serba digital ini, saya dan juga
Anda tidak bisa lepas dari gawai walau hanya 1 detik. Betul begitu kan? Tidak
salah, jika akhirnya anak-anak pun turut melakukan apa yang orang dewasa
lakukan. Meski ada orangtua yang mengaku tidak memperbolehkan anaknya memegang
gawai saat bukan hari libur, dan membebaskan memegang gawai saat hari libur.
Saya rasa sama saja, tetap saja pada akhirnya orangtua
menyerah, untuk beradu argumen dengan anak. Saya yang saat ini menjadi ibu satu
orang anak (Kenan) berusia kurang dari tiga tahun saja sering diajak beradu
argumen tentang penggunaan gawai. Yang pada akhirnya membuat saya menyerah dan
membiarkan Kenan menyentuh gawai miliknya.
Kenan sudah punya gawai sendiri, padahal usianya masih kurang
dari tiga tahun. Luar biasa ya, Kenan memang anak "Generasi Zaman
Now." Sudah punya gawai sendiri!!! Sebenarnya gawai yang dibawa Kenan ke
sana ke mari adalah gawai milik saya yang sudah tulalit, masih bisa menyala,
tetapi tidak diberi kartu.
Dulu, ada satu masa dimana Kenan suka sekali melihat video
youtube sebelum tidur. Konten video yang ditonton berisi tentang belajar warna,
lagu anak indonesia, mobil warna warni, dan sebagainya. Secara konten tidak
masalah, tetapi dari sisi perkembangan mata tentu ini hal yang negatif bagi
Kenan. Tentu saya tidak membiarkan hal ini berlarut-larut, harus ada KEGIATAN
POSITIF SEBELUM TIDUR.
Aksi dan kebiasaan anak "Generasi Zaman Now" tidak
bisa kita larang dan sulit pula dihindari. Yang bisa dilakukan adalah
mengimbanginya dengan kegiatan positif.
Saya bersyukur, Kenan masih berusia kurang dari tiga tahun
sekarang dan saya seorang ibu yang selalu berada di rumah. Saya punya banyak
waktu untuk memberikan bermacam-macam kegiatan untuk Kenan. Dan itu artinya,
saya harus melupakan waktu menulis saya, dan waktu untuk saya bersolek,
haahaha. Semua waktu saya hanya untuk Kenan.
Yang sering saya lakukan untuk mengimbangi ketertarikan Kenan
pada gawai adalah (1) menyanyikan lagu sebelum tidur, (2) mendongeng (tanpa
buku), dan (3) membacakan cerita dari buku.
Saya bukan orang yang bisa menyanyi dengan baik. Tetapi saya
bisa menyanyikan hampir semua lagu anak-anak yang saya kenal. Saya rasa semua
orang bisa menyanyikan lagu anak-anak.
Kenan suka mendengarkan saya menyanyi lagu anak-anak sebelum
tidur, seperti lagu "Tik Tik Bunyi Hujan", "Balonku Ada
Lima", "Bintang Kecil", "Bulan", "Pelangi",
"Matahari Terbenam", dan masih banyak lagi. Biasanya menjelang tidur,
saya menyanyikan minimal 10 lagu anak, dengan judul yang sama atau berbeda,
tergantung permintaan Kenan.
Saya juga bukan pendongeng yang baik. Saya berusaha membuat
dongeng yang sederhana dengan nilai-nilai pesan moral yang mudah dipahami oleh
Kenan. Kenan pembelajar yang baik, setiap cerita yang saya dongengkan dia
ingat dengan baik, nama tokoh, hingga latar tempatnya. Gaya saya mendongeng,
bisa dilihat di video youtube Kenan berikut ini.
Dalam video itu Kenan seakan-akan sedang mendongeng dan
membaca buku. Kata-kata yang digunakan, sering saya gunakan ketika sedang
mendongeng. Kenan menirunya dengan baik sekali. Sebagai ibu saya bangga sekali,
karena Kenan sudah bisa tertarik pada buku dan mendongeng. Gawai yang dipegang
(dilihatnya), bisa diabaikan Kenan karena buku.
Membacakan buku bisa menarik perhatian Kenan. Saya membacakan
buku untuk Kenan sejak dia masih nempel di rahim saya. Kini membaca buku bukan
lagi hal yang aneh buat Kenan. Ketika ditawarkan buku mana yang mau dibacakan,
Kenan sudah bisa memilih cerita yang disukai. Yang terjadi kemudian adalah saya
tidak boleh lelah dan bosan untuk mengulang-ngulang cerita yang dibacakan.
Anak "Generasi Zaman Now" sulit kita jauhkan dari
kemajuan teknologi. Dan kita sebagai orangtua tidak mungkin dan tidak bisa
menolak adanya teknologi. Kalaupun kita bisa melarang anak kita bersentuhan dengan
gawai. Ada ribuan orang yang siap memberitahu anak kita keasyikan bermain
gawai. Jadi, yang bisa kita lakukan adalah memberikan arahan yang baik tentang
penggunaan gawai dan memberikan pilihan kegiatan pengalih-perhatian anak dari
gawai.
Mainan
anak laki-laki tidak pernah jauh dari mainan mobil-mobil. Segala macam mobil
akan dimainkan oleh anak laki-laki. Ukuran mainan mobilnyanpun bervariasi, dari
yang serukuran jempol hingga bisa dinaikin.
Kenan
pun suka bermain mobil-mobilan. Kenan punya berbagai jenis mobil. Saya juga
dengan senang hati membelikan mobil-mobilan untuk anak lanang. Mobil truk dari
ukuran kecil (7 cm) hingga truk yang besar, Kenan punya. Mobil truk kontainer,
mobil eskafator, mobil truk angkut mobil, dan masih banyak lagi.
Kenan
punya berbagai cara kreatif memainkan mobil-mobilannya. Berikut ini di
antaranya:
(1) Mobil macet
Mobil macet ini salah satu cara Kenan bermain mobil-mobilan. Mobil-mobil
disusun berderet seakan-akan sedang terjadi kemacetan. Permainan ini cukup
menarik perhatian Kenan. Ketika lelah atau bosan dengan suatu permainan, saya
sering mengajak Kenan main mobil macet. Saya tidak tahu, apakah Kenan benar-benar
paham arti macet. Tetapi setiap kali ayahnya belum pulang, saya bilang macet di
jalan. Kenan sepertinya paham maksud saya.
Melalui permianan mobil macet ini saya bisa menyisipkan karakter sabar mengantre.
(2)
Truk gandeng
Mobil-mobilan seperti truk dan kontainer diikat, jadi seperti truk gandeng. Ide
ini saya munculkan ketika Kenan pagi-pagi sudah minta lihat video di
laptop.
"Kenan, ayo buat truk gandeng," kata saya.
Kenan tertarik, dan saya mulai mengikat truk-truk itu hingga menjadi truk
gandeng yang panjang, mirip kereta.
Dalam
aktivitas ini Kenan bergerak sehingga motoriknya terlatih. Jika saya menyetujui
Kenan untuk melihat laptop, Kenan pasti anteng, tetapi motoriknya tidak
terlatih. Sebisa mungkin saya mencari permainan yang bisa membuat Kenan
tertarik. Walaupun kadang ide permainan saya ini menjadikan saya lebih repot
dan tidak bisa mengerjakan hal lain.
(3)
Truk pengangkut mobil
Kenan punya truk pengangkut mobil. Seperti truk yang sebenarnya, truk ini
memuat 4 mobil balap, namun mobil balap sudah dilepas, jadilah mobil-mobil
kecil Kenan bisa muat diangkut semua. Cara ini Kenan sendiri yang mempunyai
ide.
Dunia
bermain
Dunia anak-anak adalah bermain, saya tidak mau mengganggu hal itu. Saat ini di
usia emasnya adalah waktu terbaik bagi Kenan untuk bermain sepuasnya. Nilai
karakter dan pengetahuan menjadi sesuatu yang masuk ke dalam kebiasaan Kenan
secara terselubung, tanpa paksaan, dan terjadi secara alamiah.
Keasyikan bermain mobil-mobilan terus-menerus akan berubah membosankan jika
permainan dilakukan monoton saja. Oleh karenanya, saya harus memberikan ide-ide
kreatif buat Kenan.
Kenan sudah mampu membuat permainan kreatif untuk dirinya.
Kadang, ide yang saya berikan akan diolah kembali oleh cara Kenan sendiri. Jadi,
saya sarankan pada orangtua yang membelikan banyak mainan untuk anaknya, jangan
biarkan anak Anda bermain sendiri. Dampingi dia selalu, dan rangsang dia untuk
membuat permainan kreatif dari mainan yang dimilikinya.
Saya merasa beruntung sekali, karena Tuhan memberikan
sayajalan untuk selalu berada di rumah
menjaga anak saya. Meski saya punya mimpi-mimpilain, tetaplah tugas utama saya sebagai seorang ibu adalah nomor 1
.
Saya bekerja dari rumah, tetapi fokus utama saya adalah
pekembangan anak lanang, Kenan. Saya tidak ingin melewatkan waktu kebersamaan
saya dengan Kenan tanpa membuahkan perkembangan positif untuk merangsang
kecerdasan Kenan.
Tahun ajaran ini sebenarnya saya ingin memasukkan Kenan ke
kelompok belajar (play group), tetapi niat itu saya urungkan. Usia Kenan baru
2,5 tahun saat itu, sayang sekali membiarkan Kenan tumbuh di bawah asuhan orang
lain. Saya ibunya, saya harus bisa mendidik anak saya sendiri. Saya bisa membuat
metode belajar sendiri untuk mengembangkan kecerdasan Kenan.
Saat ini diusia Kenan 3 tahun kurang 3 bulan, Kenan sudah
mengenal angka 1-5 dan mengenal lagu alfabet. Saya tidak memaksa Kenan untuk
bisa mengenal angka atau hafal alfabet. Angka dan huruf saya jadikan mainannya. Kali ini saya menggunakan
kertas origami sebagai media belajar dan bermain Kenan.
Saya membuat angka 1-5 dengan menggunakan kertas origami.
Kemudian di bawah angka, saya menambahkan gambar objek dengan jumlah sesuai
angka. Misalnya di bawah angka 1 saya membuat gambar 1 apel, di bawah angka 2
saya membuat gambar 2 pisang.
Hasilnya seperti ini:
Angka dari kertas origami kreasi saya.
Gambar angka-angka itu tertempel terus di papan. Saya
menempelkan kertas origami itu di tempat terbuka di dalam rumah. Kapan pun
angka-angka itu bisa dijadikan bahan untuk bertanyapada Kenan dengan maksud melatih pengetahuan
angka.
Hingga kini, setelah beberapa hari tertempel, origami angka
dan gambar benda masih tertempel dengan rapi. Sesekali, pada saat sedang
bermain atau berdialog dengan Kenan, saya bertanya pada Kenan tentang jumlah
benda pada gambar, atau bertanya ini angka berapa. Jawabannya kadang benar,
kadang salah. Saya biarkan saja, karena ini proses belajarnya.
Menggunting dan Menempel Kertas Origami
Masih dengan menggunakan kertas origami, saya mengajak Kenan untuk belajar dan bermain menempel kertas origami. Kenan menyukai kegiatan ini. Namun, kegiatan ini perlu pengawasan ekstra dari saya. Untuk kegiatan menggunting, saya yang melakukannya, karena Kenan masih belum bisa. Namanya anak-anak, pasti suka menggunting-gunting, begitu juga dengan Kenan. Untuk kegiatan ini, saya yang menggunting kertas origami menjadi bentuk bulat dan persegi. Kemudian Kenan membubuhkan lem dan menempel kertas origaminya.
Manfaat kegiatan menempel origami warna adalah melatih motorik Kenan, belajar warna, dan mengelompokkan warna. Kenan bisa membubuhkan lem dengan benar, kemudian menempelkan kertas origami sesuai dengan kelompok warna yang sudah saya sediakan. Kali ini saya menyiapkan dua kelompok warna, ungu dan hijau.
Kenan membubuhkan lem pada kertas origami sebelum ditempel.
Kenan bisa menempel origami sesuai kelompok warna.