Judul: Pesawat Kertas dan Cerita Minimalis Lainnya
Penulis: Noor H. Dee
Penerbit: Minima Press
Tahun: 2017
Ukuran buku: 11 x 16 cm
Tebal: 72 halaman
Buku yang mungil dan unik karya Noor H. Dee ini memuat cerita-cerita yang padat. Sang penulis menyebutnya cerita-cerita dalam buku ini cerita minimalis.
Dalam introduksi penulis mengatakan jika cerita minimalis bukan soal meminimalisir jumlah kata dan kalimat, melainkan juga meminimalisir peran narator dalam cerita. Itukah sebabnya, dalam cerita minimalis, sang narator dilarang banyak berkomentar. Dia hanya bertugas memberi tahu pembaca tentang apa yang sedang dilakukan dan diucapkan sang cerita. Tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan sang tokoh cerita, sang narator tidak usah ikut campur. Biar pembaca saja yang menerka-nerka, kira-kira apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan sang tokoh cerita.
Untuk memperjelas uraian di atas, dikutipkan salah satu cerita minimalis dalam buku ini.
=====
PESAWAT KERTAS
Lelaki itu membuat pesawat kertas untuk anaknya.
Apakah pesawat itu bisa terbang? tanya anaknya.
Tentu saja bisa, jawab lelaki itu sambil melipat-lipat kertas di tangannya.
Aku ingin pesawat, ujar anaknya. Aku ingin main pesawat.
Iya sebentar lagi jadi, kok, ujar lelaki itu sambil tersenyum.
Aku ingin main pesawat, ujar anaknya lagi.
Lelaki itu buru-buru menyelesaikan pesawat kertasnya.
Nah, sudah jadi, ujar lelaki itu. Ayo, sekarang kita keluar rumah.
Lelaki itu dan anaknya keluar rumah bersama-sama.
Sesampainya di halaman rumah, lelaki itu melempar pesawat kertasnya ke udara.
Pesawat kertas itu meluncur, terbang sebentar untuk kemudian jatuh ke rumput.
Anaknya melompat-lompat dan berteriak-teriak. Hore! Pesawatnya terbang! Pesawatnya terbang! Setelah itu, dia mengambil pesawat kertas itu dan melemparnya ke udara.
Lelaki itu tersenyum, masuk ke rumah, membiarkan anaknya bermain sendirian.
Ketika berada di dalam rumah, lelaku itu melihat ayahnya duduk di sofa ruang tamu, membuat sesuatu.
Ayah membuat apa? tanya lelaki itu.
Membuat pesawat, ujar ayahnya.
Apakah pesawat itu bisa terbang?
Tentu saja bisa, jawab ayahnya sambil melipat-lipat kertas.
=====
Dalam buku ini terdapat 13 cerita minimalis. Cerita "Pesawat Kertas" ini cerita pertama dalam buku ini. Cerita minimalis ini ditulis tanpa menggunakan tanda baca. Inilah namanya kebebasan berekspresi dalam sastra. Tidak ada yang salah dalam sebuah karya sastra, walaupun ada kaidah yang dilanggar.
Bagi saya cerita minimalis ini menarik untuk dibaca. Namun, sebagai pembaca tak perlu mengerutkan dahi untuk mencari makna setiap isi cerita. Pemahaman apapun yang Anda peroleh sebagai pembaca, itulah maknanya. Pembaca bebas menginterpretasikan makna ceritanya. Seperti testimoni yang diungkap oleh A. Fuadi, penulis Anak Rantau dan Negeri 5 Menara, untuk buku ini. "Ini kumcer hemat kata tapi banjir makna. Di dalamnya tersedia aneka rasa yang misterius, kadang membuai, kadang bersiul, kadang menampar, kadang menikam. Tapi akhirnya bikin kecanduan. Karya pendek-pendek ini, bisa membuat kita termenung-menung panjang. Karya yang patut dibanggakan."
Cerita minimalis tidak boros kata-kata, tetapi berat maknanya.
-Paskalina Askalin-
No comments:
Post a Comment