Sunday, 28 October 2018

Sensasi Minum Kopi di Ketinggian (Udara)

Ketika sang pamugari udara mengumumkan boleh memesan minuman atau makanan, saya langsung melihat katalog. Pikir saya, mungkin ada minuman yang bisa menemani saya dalam penerbangan Solo - Jakarta.

Dalam katalog saya melihat ada kopi hitam yang biasa saya minum. Saya langsung pesan kopi hitam itu. Hmmmm aroma semerbak kopi harum membahana. Sensasi luar biasa minum kopi hitam di atas pesawat yang sedang mengudara. Minum kopi hitam memang biasa. Menjadi tidak biasa karena diminum ketika sedang mengudara bersama pesawat yang membawa saya dari Solo ke Jakarta. Puji Tuhan.

Kembali saya bersyukur, hari ini bisa kembali ke Jakarta dengan menumpang pesawat berekor warna hijau. Semua acara yang di Hotel Lor In Solo, mulai hari Selasa 23 Oktober - 26 Oktober 2018 telah berjalan dengan baik dan lancar. Walaupun ada sedikit sesal buat saya dan teman-teman lain tentang hasil yang kami peroleh, saya berharap karya buku saya dan teman-teman bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung belajar anak Indonesia dan mendukung gerakan literasi nasional. Amin.

Kopi hitam di pesawat sungguh saya dinikmati dengan sungguh, nikmat rasanya. Harga yang dibayar memang berkali-kali lipat dari yang biasa dibeli di rumah, namun tidaklah jadi masalah. Entah kapan bisa menikmati kopi hitam di atas ketinggian ketika pesawat.

Akhirnya perjalanan bersama pesawat berlogo hijau ini berakhir. Sang pilot sudah mengumumkan jika pesawat akan segera mendarat di Bandar Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta.

Kopi hitam sudah saya habiskan, hanya tersisa ampasnya saja. Rasa nikmat secangkir kopi hitam mahal masih terasa. Awan putih bergulung tak lagi kelihatan, pesawat telah mendarat dengan sempurna. Puji Tuhan.

Tulisan ini saya tulis ketika di dalam pesawat rute Solo - Jakarta, Jumat, 26 Oktober 2018, antara pukul 11.30 - 12.30 WIB.

Tuesday, 23 October 2018

Karena Menulis Saya Bisa Naik Pesawat

Hari ini saya harus bersyukur,  bersyukur, dan bersyukur. Kenapa? Karena saya bisa naik pesawat. Kalau saya hanya menjadi editor, sepertinya tak mungkin bisa naik pesawat. Karena menulislah saya bisa naik pesawat. Puji Tuhan.

Untuk kedua kalinya saya pergi ke Solo dengan naik pesawat. Bukan karena punya duit, bukan karena mau jalan-jalan, tetapi karena SAYA PENULIS. Karena menjadi penulis bisa naik pesawat, gratis pula. Mudah-mudahan lain waktu karena jadi penulis, saya bisa pergi ke luar negeri, mudah-mudahan, amin.

Meski sudah kali kedua, bagi saya naik pesawat itu masih bikin deg-degan, perut tiba-tiba mules, dan kepala pusing. Semua rasa itu bercampur jadi satu dengan rasa senang, jadi rasa tak enak memudar secara perlahan.

Hari ini ketika berangkat dari rumah, beranggapan mungkin saya pergi sendiri dari Bandara Halim menuju ke Solo, tidak ada teman penulis yang setujuan. Eh ternyata ada juga teman penulis dan ilustrator yang berangkat dari Bandara Halim dengan pesawat dan jam yang sama, Puji Tuhan. Jadinya tidak bengong sendiri seperti orang hilang, hahaha.

Tulisan ini saya tulis ketika dalam pesawat di atas ketinggian.

Friday, 19 October 2018

Resensi Buku: Modo Tak Mau Menari

Judul: Modo Tak Mau Menari
Penulis: Sofie Dewayani
Penerbit: KPK RI
Tahun: 2016

Buku Modo Tak Mau Menari adalah satu dari sekian banyak buku seri Si Kumbi yang diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia.

Sebagai seorang penulis yang ketika itu mengikuti workshop menulis buku anak antikorupsi sungguh sangat beruntung bisa mendapatkan beberapa buku seri Si Kumbi, salah satunya buku Modo Tak Mau Menari.

Modo Tak Mau Menari berkisah tentang perjalanan Kumbi ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Di NTT Kumbi melihat teman-temannya menari dengan alat bambu dan diiringi musik.

Kumbi mencoba tarian itu dengan penuh semangat, hingga berkeringat.  Nama tariannya Rangkuk Alu.

Ketika Kumbi selesai menari, Kumbi melihat seseorang duduk di bawah pohon. Ternyata itu adalah Modo. Ketika ditanya oleh Kumbi, Modo mengaku sakit gigi sehingga tidak ikut bermain Rangkuk Alu.
Kumbi menceritakan pada teman-temannya jika Modo sakit gigi. Teman-teman Kumbi dan Modo lalu menawarkan obat yang mujarab untuk sakit gigi. Semua mengatakan obatnya paling mujarab, sehingga membuat Modo berteriak sehingga semua teman-temannya diam.

Modo lalu mengaku jika sebenarnya dia tidak sakit gigi. Modo mengaku sakit gigi supaya tidak perlu bermain Rangkuk Alu. Modo takut teman-teman meninggalkannya karena dia tidak bisa bermain Rangkuk Alu.

Ketidakjujuran yang dilakukan Modo banyak dilakukan oleh anak-anak kita. Karena takut pada sesuatu hal, menyebabkannya berkata tidak jujur. Padahal sebenarnya jika berkata jujur, ketakutan itu tidak terbukti. Seperti halnya teman-teman Modo dan Kumbi. Meskipun Modo tidak bisa bermain Rangkuk Alu, teman-teman Modo tetap mau bermain dengan Modo.

Buku cerita bergambar ini sangat pas dibacakan atau didongengkan untuk anak usia dini. Dengan cerita sederhana dan tampilan gambar yang berwarna cerah, anak-anak akan tertarik untuk dibacakan buku ini.

Thursday, 18 October 2018

Resensi Buku: Anak dalam Cermin dan Cerita-cerita Lain

Judul: Anak dalam Cermin dan Cerita-cerita Lain
Penulis: Enid Blyton
Terbit: 2017, cetakan keempat belas
Penerbit: Gramedia

Setiap kali membaca karya-karya Enid Blyton saya selalu terkagum-kagum dengan pesan moral yang terkandung dalam setiap ceritanya. Pesan moral yang tersirat dan tersurat dalam cerita sangat pas untuk anak-anak masa kini. Padahal Enid Blyton menulis ceritanya tahun 1950 dan sekarang tahun 2018. Luar biasa!

Dalam buku Anak dalam Cermin dan Cerita-cerita Lain terdapat 8 cerita, di antaranya "Kue Kismis Bu Topple", "Dolly Pembuang Waktu", " Kesalahan Teddy", "Karena Malas", " Anak yang Terbelakang", "Gara-gara Jinky", dan "Kalau Suka Berbohong". Dari judul-judul ceritanya tampak jelas, ada pesan yang tersurat dan ada pesan yang tersirat.

Dalam cerita "Anak dalam Cermin" terdapat pesan tersirat supaya anak mau meminjamkan mainan pada temannya. Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Ronnie yang selalu melarang teman-temannya memegang mainannya ketika datang ke rumah. Hal ini membuat Ronnie tidak disukai oleh teman-teman. Hingga pada suatu hari ketika Ronnie sedang berada di depan cermin di kamar ibunya, dia melihat sebuah kamar mirip kamarnya ada di dalam cermin. Keajaiban terjadi Ronnie masuk ke dalam cermin.

Di dalam cermin Ronnie melihat anak yang mirip dirinya dan ada mainan-mainan bagus mirip dengan miliknya. Ketika Ronnie hendak memegang salah satu mainan, anak yang mirip Ronnie itu marah dan melarang Ronnie memegang mainannya. Ronnie tidak suka pada anak itu.

Ketika Ronnie memegang mainan yang lain, anak itu marah dan melarang Ronnie lagi. Hingga akhirnya Ronnie keluar dari cermin. Ketika ibunya masuk kamar, Ronnie marah-marah pada anak dalam cermin yang sebenarnya adalah dirinya sendirinya. Ibu Ronnie mengingatkan Ronnie, jika orang lain juga tidak suka dengan sikap Ronnie yang selalu marah-marah pada teman yang memegang mainannya. Akhirnya Ronnie sadar jika perbuatannya selama ini salah.

Kisah Ronnie ini juga pasti banyak terjadi pada anak di masa kini. Anak-anak perlu diberikan nasihat bahwa berbagi mainan, meminjamkan mainan pada teman adalah perbuatan terpuji. Nasihat langsung tentu tidak mudah diterima oleh anak. Melalui cerita "Anak dalam Cermin" kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar, bacakan cerita ini pada anak, dan biarkan anak yang menemukan pesan moralnya.

Ayo bacakan cerita berkarakter untuk anak-anak kita! Buku-buku karya Enid Blyton bisa menjadi salah satu pilihan.

Wednesday, 17 October 2018

Resensi Buku: Belajar Menulis Buku Anak

Judul: Belajar Menulis Cerita Anak
Penulis: Arleen A.
Penerbit: Erlangga for Kids
Tahun: 2018
Tebal: 96 halaman

Dalam sebuah pelatihan menulis peserta dibagi menjadi dua kelas, kelas menulis buku anak dan menulis novel. Kelas mana yang paling banyak peminatnya? Kelas menulis buku anak yang paling banyak peminatnya. Dari 100% peserta, 80% peserta memilih kelas menulis anak, sisanya memilih menulis novel. Mengapa demikian?

Menulis buku anak dianggap mudah dilakukan menurut sebagian orang. Buku anak itu setiap halaman hanya terdiri dari 1 - 2 kalimat, lalu ditambahkan gambar ilustrasi, selesailah sebuah buku anak. Faktanya, menulis buku anak tidaklah semudah itu. Perlu sebuah pemikiran yang serius ketika ingin menulis buku anak.

Buku Belajar Menulis Cerita Anak akan membantu calon penulis, penulis pemula, penulis buku, dan siapa pun yang ingin belajar menulis buku anak. Buku ini akan membantu Anda menjadi penulis buku anak secara bertahap melalui langkah-langkah yang selama ini dilakukan oleh penulis ketika menulis buku anak. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis yang telah menulis 250 buku anak.

Di awal bab, penulis membahas tentang jenis-jenis buku anak. Selanjutnya dibahas tentang dari mana datangnya ide menulis, dari mana datangnya cerita, lalu dari mana datangnya tulisan.

Dalam buku ini penulis tidak hanya membahas tentang teknis menulis buku anak. Anda juga akan mengetahui tentang bagaimana cara mengirimkan naskah buku anak ke penerbit, bagaimana cara membidik penerbit yang sesuai, bagaimana menyikapi penolakan naskah dari penerbit, dan lain sebagainya.

Buku ini benar-benar memberikan informasi komplet yang mengantar Anda menjadi penulis buku anak yang tidak instan.

Tuesday, 16 October 2018

Resensi buku: Pesawat Kertas dan Cerita Minimalis Lainnya

Judul: Pesawat Kertas dan Cerita Minimalis Lainnya
Penulis: Noor H. Dee
Penerbit: Minima Press
Tahun: 2017
Ukuran buku: 11 x 16 cm
Tebal: 72 halaman

Buku yang mungil dan unik karya Noor H. Dee ini memuat cerita-cerita yang padat. Sang penulis menyebutnya cerita-cerita dalam buku ini cerita minimalis.

Dalam introduksi penulis mengatakan jika cerita minimalis bukan soal meminimalisir jumlah kata dan kalimat, melainkan juga meminimalisir peran narator dalam cerita. Itukah sebabnya, dalam cerita minimalis, sang narator dilarang banyak berkomentar. Dia hanya bertugas memberi tahu pembaca tentang apa yang sedang dilakukan dan diucapkan sang cerita. Tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan sang tokoh cerita, sang narator tidak usah ikut campur. Biar pembaca saja yang menerka-nerka, kira-kira apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan sang tokoh cerita.

Untuk memperjelas uraian di atas, dikutipkan salah satu cerita minimalis dalam buku ini.

=====

PESAWAT KERTAS

Lelaki itu membuat pesawat kertas untuk anaknya.
Apakah pesawat itu bisa terbang? tanya anaknya.
Tentu saja bisa, jawab lelaki itu sambil melipat-lipat kertas di tangannya.
Aku ingin pesawat, ujar anaknya. Aku ingin main pesawat.
Iya sebentar lagi jadi, kok, ujar lelaki itu sambil tersenyum.
Aku ingin main pesawat, ujar anaknya lagi.
Lelaki itu buru-buru menyelesaikan pesawat kertasnya.
Nah, sudah jadi, ujar lelaki itu. Ayo, sekarang kita keluar rumah.
Lelaki itu dan anaknya keluar rumah bersama-sama.
Sesampainya di halaman rumah, lelaki itu melempar pesawat kertasnya ke udara.
Pesawat kertas itu meluncur, terbang sebentar untuk kemudian jatuh ke rumput.
Anaknya melompat-lompat dan berteriak-teriak. Hore! Pesawatnya terbang! Pesawatnya terbang! Setelah itu, dia mengambil pesawat kertas itu dan melemparnya ke udara.
Lelaki itu tersenyum, masuk ke rumah, membiarkan anaknya bermain sendirian.
Ketika berada di dalam rumah, lelaku itu melihat ayahnya duduk di sofa ruang tamu, membuat sesuatu.
Ayah membuat apa? tanya lelaki itu.
Membuat pesawat, ujar ayahnya.
Apakah pesawat itu bisa terbang?
Tentu saja bisa, jawab ayahnya sambil melipat-lipat kertas.

=====

Dalam buku ini terdapat 13 cerita minimalis. Cerita "Pesawat Kertas" ini cerita pertama dalam buku ini. Cerita minimalis ini ditulis tanpa menggunakan tanda baca. Inilah namanya kebebasan berekspresi dalam sastra. Tidak ada yang salah dalam sebuah karya sastra, walaupun ada kaidah yang dilanggar.

Bagi saya cerita minimalis ini menarik untuk dibaca. Namun, sebagai pembaca tak perlu mengerutkan dahi untuk mencari makna setiap isi cerita. Pemahaman apapun yang Anda peroleh sebagai pembaca, itulah maknanya. Pembaca bebas menginterpretasikan makna ceritanya. Seperti testimoni yang diungkap oleh A. Fuadi, penulis Anak Rantau dan Negeri 5 Menara, untuk buku ini. "Ini kumcer hemat kata tapi banjir makna. Di dalamnya tersedia aneka rasa yang misterius, kadang membuai, kadang bersiul, kadang menampar, kadang menikam. Tapi akhirnya bikin kecanduan. Karya pendek-pendek ini, bisa membuat kita termenung-menung panjang. Karya yang patut dibanggakan."

Cerita minimalis tidak boros kata-kata, tetapi berat maknanya.
-Paskalina Askalin-

Monday, 15 October 2018

Resensi Buku: Buku Pintar Penyuntingan Naskah (Edisi Ketiga)

Judul: Buku Pintar Penyuntingan Naskah (Edisi Ketiga)
Penulis: Pamusuk Eneste
Penerbit: Gramedia
Tahun: 2017

Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Sunting artinya menyunting. Menurut KBBI Luring, menyunting adalah menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Menyunting juga dikenal dengan istilah mengedit.

Dari makna di atas jelas sekali bahwa proses sunting-menyunting ini adalah yang paling krusial dalam terbitnya sebuah karya buku. Perlu pemahaman yang benar tentang ejaan, diksi, dan struktur kalimat. Buku karya Pamusuk Eneste ini bisa membantu Anda yang ingin terjun ke dunia penyuntingan buku atau naskah.

Edisi pertama buku ini terbit tahun 1995. Kini edisi ketiga buku ini telah hadir dan tentunya dengan banyak perubahan di dalamnya.

Pada edisi ketiga ini penulis menambah pembahasan tentang naskah, penyuntingan naskah, penyunting naskah, editor, kode etik penyunting naskah, pemakaian kata tertentu, gaya penerbit/gaya selingkung, dan naskah bacaan anak. Selain itu juga dilengkapi dengan tips bagi penyunting naskah, beserta contoh-contoh dan latihan.

Buku Pintar Penyuntingan Naskah ini saya rekomendasikan dimiliki oleh penulis buku, penulis artikel, penulis novel, penulis pemula, dan calon penulis tentunya. Kenapa saya rekomendasikan untuk penulis? Supaya penulis bisa menyunting sendiri naskahnya sebelum dikirim ke penerbit. Dengan demikian, editor akan lebih menyukai naskah Anda daripada naskah-naskah lain yang tidak mendapatkan "sentuhan" penyuntingan.

Selain oleh penulis, buku ini wajib dimiliki oleh mahasiswa yang mengambil jurusan penyuntingan, calon editor, dan editor. Karena dalam buku ini Anda akan mendapat penjelasan menyeluruh tentang proses penyuntingan naskah dari awal hingga akhir. Pembahasannya tidak hanya sebatas prosesnya, pelaku penyuntingannya pun dibahas. Misalnya tentang syarat menjadi penyunting naskah. Bagi Anda yang berprofesi menjadi penyunting naskah apakah sudah memenuhi 13 syarat yang disebutkan dalam buku ini? Untuk lebih jelasnya, Anda harus memiliki buku ini. Buku ini pasti akan menjadikan Anda lebih pintar jadi editor naskah dan menjadi penulis pintar yang bisa membuat editor tak bisa menolak naskah Anda. (Salam Editor)

Sunday, 14 October 2018

Resensi Buku: Lisa San No Machigatta Koi, Cinta yang Salah

Judul: Lisa San No Machigatta Koi, Cinta yang Salah
Penulis: Ira Diana
Tahun: 2016

Cinta selalu punya banyak cerita. Cerita cinta yang manis, cerita cinta penuh haru, hingga cerita penuh penuh lara dan duka. Apakah benar ada cinta yang salah?

Novel berkover ungu ini mengisahkan cerita cinta seorang wanita bernama Lisa. Cerita cinta diawali kisah yang manis, namun terasa tergesa-gesa karena memutuskan menikah di usia muda. Lisa terbuai oleh cinta dan janji manis yang membawanya ke pelaminan semu yang kemudian berakhir dalam perceraian.

Di antara cerita cintanya yang berliku, Lisa masih mempunyai mimpi untuk mengejar cita-cita, melanjutkan pendidikannya. Setelah bercerai, Lisa berusaha bangkit demi anak dan kedua orang tuanya. Lisa mendapatkan kesempatan melanjutkan studi di Negeri Sakura. Walau berat meninggalkan anaknya, Lisa bertegar hati pergi selama beberapa tahun.

Di Negeri Sakura, Lisa menemukan cinta yang lain, yang memberinya harapan baru untuk hidupnya. Pria itu bernama Achmad, sama-sama dari Indonesia. Usai menyelesaikan studi, Lisa dan Achmad berniat mengukuhkan cinta mereka. Namun, Lisa masih belum bisa berbahagia setelah kepulangannya ke tanah air. Mimpinya hancur karena Tuhan mengambil cintanya lebih cepat. Achmad meninggal dalam sebuah kecelakaan, sebelum sempat melamar Lisa.

Cinta yang tragis, itulah cinta yang dialami Lisa. Sesuai judul novel ini, cinta Lisa memang cinta yang salah. Namun, di akhir kisah sepertinya Lisa akan mendapatkan cinta yang sesungguhnya. Jika ingin tahu akhir kisah cinta Lisa, bacalah novel ini. 😄

Novel ini bisa membawa pembaca terhanyut dalam perasaan si tokoh utama, Lisa. Saat bahagia, sedih, terharu, tersakiti, pembaca serasa ikut merasakan juga. Dijamin pembaca akan dibuat senyum-senyum karena ikut bahagia dan dibuat berkaca-kaca karena sedih.

Di antara cerita cinta Lisa yang berliku, ada sebuah pesan penting yang disematkan oleh Ira Diana, penulis novel ini. Pesan itu adalah raihlah pendidikan setinggi mungkin selagi bisa, bahkan apa pun statusnya, seorang istri, seorang ibu, seorang ayah, seorang pekerja, apa pun pekerjaan kita, jika masih ada kesempatan menimba ilmu, lakukanlah segera. Walau ada harga yang harus dibayar, berpisah dari orang tercinta, pendidikan bisa membawa kita menjadi lebih baik. Dan, cinta bisa membuat kita bahagia, jika itu bukan cinta yang salah.

Saturday, 13 October 2018

Resensi Buku: Indonesian Dreams Comic 18 Karakter Anak Indonesia

Judul: Indonesian Dreams Comic 18 Karakter Anak Indonesia
Cerita dan gambar: Ayyub Nurmana, Johan Arif M, dan Wafiq Sehat
Penerbit: Visi Mandiri, Surakarta
Tahun: 2018
Harga: Rp 39.000

Komik adalah salah satu jenis buku yang disukai oleh anak-anak, remaja, hingga dewasa. Membaca buku komik biasanya yang didapatkan hanya hiburan. Setelah tamat membaca komik, tidak ada pesan moral apa-apa yang didapat oleh pembacanya.

Namun, hal berbeda akan didapatkan jika anak-anak dan remaja membaca komik Indonesian Dreams Comic. Karena selain mendapatkan hiburan, komik ini memberikan pesan moral berupa 18 karakter anak Indonesia untuk pembacanya. Komik ini dibuat dengan menarik dan berbobot, sehingga layak dan pantas dibaca oleh anak usia SD dan SMP khususnya, dan semua kalangan pada umumnya.

Komik ini ditulis dan dibuat oleh tiga orang komikus, yaitu Ayyub Nurmana, Johan Arif M, dan Wafiq Sehat. Dalam penyajian, komik ini dibagi menjadi tiga cerita komik sesuai jumlah komikusnya.
Cerita pertama, "Belajar Bersama Miyo", dengan memunculkan karakter religius, rasa ingin tahu, cinta tanah air, bersahabat, semangat kebangsaan, dan demokratis. Cerita kedua, "Jadi Anak Baik", dengan memunculkan karakter gemar membaca,  cinta damai, menghargai prestasi, tanggung jawab, peduli sosial, dan peduli lingkungan. Cerita ketiga, "Regu Buaya", dengan memunculkan karakter jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, dan mandiri.

Lengkap, ada 18 karakter anak Indonesia dalam komik ini. Ceritanya menarik, gambarnya bagus, pesannya bermanfaat dan layak diteladani. Jadi, baik sekali jika orang tua dan guru bisa mengajak anak-anaknya membaca komik ini.

Ayo ajak anak-anak membaca!

Friday, 5 October 2018

Menulis Yuk: Kalau Mau Menulis Harus (Banyak) Membaca

Menulis Yuk: Kalau Mau Menulis Harus (Banyak) Membaca

Untuk yang berniat menulis (buku, cerita anak, dan sebagainya),

Dalam setiap pelatihan menulis atau sharing dari penulis, kalimat "KALAU MAU MENULIS HARUS (BANYAK) MEMBACA" itu pasti disampaikan. Semua penulis menyakini kebenaran kalimat ini. Jika ingin menulis, tidak mau membaca, itu adalah sebuah ketidakmungkinan.

Apa yang dibaca? Mungkin itu yang akan Anda tanyakan ketika mendengar kalimat, "Kalau Mau Menulis Harus (Banyak) Membaca". Baca apa saja. Ada buku bacalah buku, ada majalah bacalah majalah, ada koran bacalah koran, dan seterusnya.

Anda juga bisa membaca buku sesuai dengan jenis buku yang ingin Anda tulis. Misalnya, Anda ingin menulis cerita anak, tentunya Anda harus membaca cerita anak. Cerita anak dapat Anda baca dari buku atau majalah anak.

Saya ingin bisa menulis cerita anak,  maka saya membeli buku-buku kumpulan cerita anak. Tidak hanya buku, sudah hampir dua tahun ini saya langganan majalah Bobo. Semua cerita anak, baik cerita pendek, dongeng, cerita bergambar, maupun artikel-artikelnya saya baca.

Anda mau menulis apa (buku, cerita, artikel, dsb)? Mungkin Anda tak bisa menjawab pertanyaan ini. Nah inilah akibat dari tidak pernah membaca.

Belum lama ini, saya di-WA oleh dua sahabat saya waktu kuliah. Kebetulan dua sahabat saya ini berprofesi sebagai guru dan mereka sama-sama berada di dua kota besar yang berbeda di Indonesia. Mereka berujar " Saya ingin bisa menulis." Langsung saya jawab, "Ya, menulislah." Jawabnya, "Tidak tahu mulai dari mana." Lalu saya tawarkan sebuah buku berisi kumpulan cerita mini untuk bacaan anak usia SD. Buku ini ditulis oleh guru-guru SD dari berbagai sekolah, termasuk saya ikut menyumbang dua cerita mini. Saya tidak bermaksud mencari keuntungan, saya hanya ingin sahabat saya ini membaca cerita mini yang ditulis oleh guru yang belum pernah menulis cerita atau menulis buku, karya tulisan mereka sebelum buku ini ada, hanyalah skripsi. Mungkin dengan MEMBACA buku ini sahabat saya bisa memulai menulis. Dan harapan terbesar saya, sahabat saya ini bisa menularkan "semangat menulis" pada anak didiknya.

Pada akhirnya dua sahabat saya ini TIDAK MEMBELI BUKU yang saya tawarkan. Saya jadi bingung mau ngajari menulis bagaimana. Saya tidak bisa memberi tip, kiat, trik, atau apapun itu untuk dua sahabat saya ini. Karena pasti percuma, karena mereka tak mau mencoba membaca buku karya orang lain.

Fakta di atas membuktikan jika tak mungkin Anda bisa menulis jika tak mau membaca. Ditambah lagi, tak mau membeli buku. Tutuplah sudah harapan Anda ingin menjadi penulis.

Ingin jadi penulis buku
Ingin jadi penulis cerita anak
Ingin jadi novelis
Ingin jadi penulis ... dan seterusnya.

Ikuti kalimat ini:
KALAU MAU MENULIS HARUS (BANYAK) MEMBACA (TITIK)

Thursday, 4 October 2018

Resensi Buku: Catatan Antibingung Menulis Buku Ilmiah

Judul: Catatan Antibingung Menulis Buku Ilmiah: Membedah Pedoman Dikti dan LIPI dalam Penulisan-Penerbitan Buku Ilmiah
Penulis: Bambamg Trim
Penerbit: PT Inkubator Penulis Indonesia
Ukuran buku: 130 x 175 mm
Tebal: xviii + 86
Tahun: 2018
Harga: Rp 70.000

Beberapa waktu lalu, saya mengedit dua buku perguruan tinggi. Buku satu ketebalan 400 halaman dan buku dua ketebalan 600 halaman. Ada hal yang membuat saya galau, yaitu pencantuman gelar penulis pada kover buku.  Jika dilihat secara kasatmata dari nama penulis dengan banyak gelar, mungkin mahasiswa dan dunia perguruan tinggi menganggap penulis buku ini begitu hebat.

Sebagai editor saya tidak sepakat dengan pencantuman gelar pada buku. Saya ingin menghilangkan gelar yang tercantum di kover, tetapi saya tidak punya sumber rujukan yang mengatakan jika pencantuman  gelar penulis pada kover buku itu tidak perlu.

Nah, baru sekarang saya tahu jika kegalauan saya itu memang tidak perlu. Sebuah buku mungil menajamkan pendapat saya tentang tidak perlunya mencantumkan gelar penulis pada  kover buku.

Pada halaman 51-52 buku ini dibahas tentang pencantuman gelar akademis pada kover buku. Berikut ini kutipan lengkapnya.

====

Pencantuman Gelar Akademis pada Kover Buku
Sudah menjadi konsensus gelar akademis tidak perlu dicantumkan di dalam KTI. Mungkin para pakar yang membuat konsensus ini menyadari bahwa tidak ada relevansi langsung antara gelar dan karya tulis seseorang, terutama kontennya. Malah jangan sampai gelarnya sudah profesor, tetapi karya tulis ilmiahnya justru mengundang pertanyaan, "Masa sih profesor nulisnya seperti ini?"
Masih banyak akademikus yang tidak dapat menerima gelar akademisnya tidak dicantumkan di kover buku. Ia meradang walau tidak menerjang. Ia tidak tahu bahwa itu adalah sebuah konsensus yang berlaku secara internasional di dunia akademis. Demikian pula, penyusunan daftar pustaka juga tidak boleh  mencantumkan gelar akademis dan gelar-gelar lainnya.
Nama lengkap dan gelar akademis dapat dicantumkan di dalam bagian Riwayat Penulis, baik yang diletakkan pada bagian awal  (preliminaries) atau bagian akhir (postliminaries) buku. Riwayat penulis sejatinya berisikan latar belakang pendidikan dan reputasi penulis yang relevan dengan isi buku.

====

Buku Catatan Antibingung Menulis Buku Ilmiah ini sudah menjawab satu kebingungan saya. Masih banyak materi antibingung dalam buku ini yang juga semakin memantapkan saya menjadi editor, terutama editor buku perguruan tinggi.

Dalam buku ini dibahas tentang apa itu buku ajar, buku teks, buku ilmiah,  dan buku referensi. Jika kita masih bingung tentang istilah monografi, prosiding, modul, bunga rampai, katalog, direktori, atlas, buku pegangan, buku panduan, semua dibahas di buku kecil ini. Meskipun kecil, buku ini isinya padat dan bisa menjadi pegangan bagi penulis buku dan calon penulis buku. Oleh karenanya saya rekomendasikan buku ini untuk dimiliki oleh penulis buku, guru, dosen, mahasiswa, dan pelajar.

Wednesday, 3 October 2018

Resensi Buku: Tuta Ingin Rumah Baru dan 7 Kisah Hewan Bermakna Lainnya

Judul: Tuta Ingin Rumah Baru dan 7 Kisah Hewan Bermakna Lainnya
Penulis: Renny Yaniar
Penerbit: Gramedia
Tahun: 2018
Tebal: 128 halaman
Harga: Rp 120.000

"Itu buku buat Kenan, Bun" kata anak lanang ketika buku Tuta Ingin Rumah Baru dan 7 Kisah Hewan Bermakna Lainnya ini sampai. Buku ini memang saya beli untuk anak lanang, dan juga buat saya baca tentunya.

Buku ini berisi delapan kisah hewan. Saya sudah membacakan semua kisah dalam buku ini untuk anak saya sebagai pengantar tidur. Kisah pertama menjadi judul utama buku ini. Tokohnya adalah Tuta si kura-kura  yang ingin mempunyai rumah baru. 

Tuta iri pada hewan lain yang punya rumah/sarang. Tuta juga iri pada manusia yang mempunyai rumah yang indah. Akhirnya keresahan Tuta ingin punya rumah baru berakhir. Guguk, teman Tuta meminjamkan rumah lamanya untuk dipakai Tuta.  Tuta melepas tempurungnya dan menggantinya dengan rumah Guguk. Bukan pujian yang diterima Tuta, hewan lain malah mencibirnya dan memandang aneh pada Tuta. Tuta tak peduli dengan omongan hewan lain. Namun, ketika ada kucing liar yang hendak menyerangnya, Tuta sadar jika tempurungnya adalah rumah terbaik baginya. Dengan rumah baru Tuta tidak bisa melindungi dirinya dari serangan kucing liar, sedangkan tempurungnya bisa melindungi dirinya dari serangan kucing liar. Akhirnya Tuta memakai lagi tempurungnya.

Kisah pertama saja sudah seru, masih ada 7 kisah lainnya dengan tokoh-tokoh hewan yang unik. Ada kodok yang ingin berambut gondrong, kuda yang mempunyai anak kambing, keluarga jerapah, kisah lima monyet, ikan-ikan penari, kisah tokek, dan kisah berang-berang yang takut berenang. Pokoknya jangan lewatkan buku ini, anak-anak pasti suka, Kenan aja suka. 

Tuesday, 2 October 2018

Kenapa Buku Saya Lolos dalam Lomba Konten Kanal PAUD 2018

Kenapa Buku Saya Doti Kupu Suka Berteman dengan Semua Lolos dalam Lomba Konten Kanal PAUD 2018

Jawabannya, saya tidak tahu. Hanya Tuhan yang tahu kenapa buku saya terpilih oleh dewan juri. Yang saya pikirkan ketika membuat cerita anak itu adalah ide cerita sederhana, pesan yang disampaikan mudah diterima anak-anak, dan gambar ukuran besar.

Selama ini saya belum pernah mengikuti pelatihan menulis buku cerita anak. Kemampuan yang saya miliki, saya peroleh secara autodidak. Saya membaca buku-buku cerita anak di toko buku, lalu saya cari idenya, dan tulis menjadi buku.
Hari ini saya membaca sebuah buku tentang belajar menulis cerita anak. Di buku itu dijelaskan bagaimana proses membuat sebuah cerita anak. Proses ini sudah sering saya baca dan dengar dari berbagai sumber.

Pertama, cerita itu harus mempunyai tokoh (karakter). Kedua, tokoh itu akan bercerita jika mempunyai keinginan. Ketiga, cerita akan menjadi seru jika ada halangan-halangan yang dialami tokoh ketika mewujudkan keinginannya.

Cerita anak yang sempurna sebaiknya memenuhi proses itu dan proses bisa berulang sesuai keinginan penulis. Tetapi, selama ini, jujur, saya selalu mengabaikan proses itu. Ketika sebuah ide muncul, saya akan langsung membuatnya menjadi lembar demi lembar halaman naskah cerita anak. Saya tentukan tokohnya siapa, masalahnya apa, lalu si tokoh berusaha menyelesaikan masalahnya. Dalam ini, saya merasa proses penulisan cerita anak yang saya lakukan cenderung "kasar". Saya masih harus belajar banyak. Saya butuh lebih banyak "suplemen dan vitamin" untuk menulis cerita anak.

Naskah cerita anak saya lolos dalam Lomba Konten Kanal PAUD 2018 itu adalah keberuntungan saya. Saya harus belajar lebih banyak lagi dari penulis-penulis buku cerita anak. 

Cara belajarnya seperti apa? Membaca buku-buku karya para penulis, membaca buku panduan menulis yang ditulis oleh penulis buku cerita anak, dan mengikuti pelatihan menulis buku cerita anak. Untuk yang ketiga ini, saya belum mendapatkan kesempatan baik. Setiap kesempatan ada sudah saya coba, tetapi hasilnya belum ada yang bisa saya ikuti. Harapan saya, akhir tahun ini masih punya kesempatan belajar menulis cerita anak dari penulis-penulis buku cerita anak. Amin.

Monday, 1 October 2018

Catatan Mantan Editor Buku (1)


Catatan Mantan Editor Buku (1)

Menjadi editor buku hanya mengedit, itu biasa saja. Editor dituntut harus bisa menulis buku, adalah luar biasa. Editor penerbit (saya, misalnya) mau tidak mau berada pada posisi harus bisa menulis buku, dengan status penulis bayangan, penulis karyawan, atau sebutan lainnya. 

Saking luar biasanya, dalam beberapa hari saja editor bisa menyelesaikan 1 buku siap cetak, sungguh editor super. Tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia penerbitan buku, kebutuhan pasar menjadi yang utama. Editor harus siap memenuhi permintaan si bos penerbit.

Ketika saya menjadi editor, ada beberapa jenis buku yang saya tulis. Karena saat itu penerbit tempat saya kerja banyak menerbitkan buku-buku proyek, buku-buku yang saya tulis tak sempat bertengger di toko buku. Namun kalau dalam hal jumlah cetak, bisa fantastis, satu judul buku bisa puluhan ribu eksemplar. Wowww, jangan tanya berapa yang saya dapatkan. Saya hanya penulis karyawan, diberi honor menulis disyukuri, kalau pun tidak diberi, ikhlaskan saja. Saya memang tidak mendapatkan nominal apa-apa, tetapi saya belajar banyak. Hasilnya saya terima kemudian, Tuhan memberikan rezeki halal melalui kompetisi buku yang saya ikuti. (Baca Rasa Syukur: Tiga Buku Lolos)

Berikut ini beberapa jenis buku pengayaan sekolah yang pernah saya tulis ketika menjadi editor (penulis karyawan).

1. Psikologi Remaja
Panduan Menjadi Remaja Percaya Diri (SMP/SMA)

2. Seni dan Kerajinan
Seni dan Kerajinan Batik (SD)
Seni dan Kerajinan Anyaman (SD)
Seni dan Kerajinan Gerabah (SD)

3. Bahasa Indonesia
Asyiknya Menulis Resensi (SD/SMP)
Asyiknya Menulis Diary (SD/SMP)
Asyiknya Bermain Drama (SD/SMP)
Namira Belajar Pantun (SD/SMP)
Aku Suka Dongeng (SD/SMP)

4. Wirausaha
Ide Bisnis Anak Muda (SMP/SMA)

5. PAUD (Picture Book)
Ami si Kriwil
Ciluk Baa
Bee dan Sekantung Madu
Mia Sayang Semua
Hadiah Balon dari Paman Gobil
Ayo Bermaaf-maafan
Siapa Suka Buah
Tralala.. Trilili...

Judul-judul di atas adalah judul buku yang saya tulis. Masih ada beberapa judul yang belum masuk didaftar tersebut. Keyakinan saya, setiap buku mempunyai nasibnya masing-masing, walau kadang penulisnya tak bisa lagi menyentuh karyanya.

Cerita Kenan: Tidak Jadi Buat Konten Tentang Bus Pariwisata Red White Star

Saat hari libur sekolah atau akhir pekan aku ingin membuat konten untuk channelku KENAN STORIES .  Yang belum SUBSCRIBE,  ayo kunjungi chann...